Apa dampak konflik perkawinan terhadap anak-anak?
Apa dampak konflik perkawinan terhadap anak-anak?

Video: Apa dampak konflik perkawinan terhadap anak-anak?

Video: Apa dampak konflik perkawinan terhadap anak-anak?
Video: Dampak Konflik Orang tua Terhadap Anak I Kumpul Keluarga 2024, Mungkin
Anonim

Konflik perkawinan adalah sumber stres lingkungan yang signifikan bagi anak-anak . Menyaksikan seperti itu konflik dapat membahayakan sistem respon stres mereka, mempengaruhi perkembangan mental dan intelektual mereka. Temuan penelitian menunjukkan bahwa stres dari konflik perkawinan bisa menghalangi anak-anak perkembangan kemampuan kognitif.

Selain itu, apa dampak dari konflik perkawinan?

Studi menunjukkan bahwa konflik perkawinan mempengaruhi tingkat dukungan sosial yang dirasakan anak-anak dari lingkungan mereka; yaitu, anak-anak dari keluarga dengan high konflik pernikahan merasa kurang mendapat dukungan sosial dibandingkan dengan anak dari keluarga kurang konflik pernikahan (Obrein, Margolin, & John, 1995;

Demikian pula, bagaimana argumen memengaruhi anak-anak? Umumnya, argumen akan memiliki sedikit atau tidak ada efek negatif untuk anak-anak . Bayi, anak-anak dan remaja dapat menunjukkan tanda-tanda gangguan perkembangan otak dini, gangguan tidur, kecemasan, depresi, gangguan tingkah laku dan masalah serius lainnya akibat hidup dengan konflik antar orang tua yang parah atau kronis.

Selain itu, bagaimana pernikahan yang tidak bahagia memengaruhi anak-anak?

Masalah Suasana Hati dan Perilaku Pertengkaran dan stres yang terus-menerus dapat menyebabkan Anda anak-anak untuk mengembangkan masalah seperti depresi kronis atau masalah perilaku. Sering, anak-anak yang orang tuanya masuk pernikahan yang tidak bahagia cenderung bertindak atau berperilaku buruk sebagai cara untuk mengekspresikan perasaan mereka.

Apa itu konflik perkawinan?

Konflik pernikahan bukan sekedar perbedaan pendapat. Melainkan rangkaian peristiwa yang tidak tertangani dengan baik sehingga sangat merusak hubungan pernikahan. Masalah pernikahan telah berlarut-larut hingga kekeraskepalaan, kesombongan, kemarahan, sakit hati, dan kepahitan menghalangi komunikasi pernikahan yang efektif.

Direkomendasikan: